Jakarta-Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2025 untuk usia 7-15 tahun atau jenjang sekolah dasar dan SMP dinilai tinggi, namun di usia 16-18 tahun atau jenjang SMA dan usia 5-6 tahun atau jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dinilai rendah. APS rendah juga dialami bagi penyandang disabilitas yang berusia 4-18 tahun.
Berdasarkan Rapor Pendidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2025 yang diluncurkan Pada Juli 2025 oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan ( BSKAP) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, APS sekolah dasar dan SMP mencapai 98,22 persen atau naik 0,004 persen dibanding tahun 2024 yang mencapai 98,18 persen.
Sementara di jenjang SMA, tingkat APS dinilai kurang karena hanya mencapai 74, 64 persen walaupun terdapat kenaikan dari tahun 2024 yang sebesar 73,42 persen atau meningkat sebanyak 1, 22 persen. Begitu pula di jenjang PAUD, APS dinilai kurang karena hanya mencapai 74,15 persen. Bahkan di jenjang PAUD ini, tingkat APS menurun 1,02 persen dibanding tahun 2024.
Rendahnya APS juga dialami kelompok penyandang disabilitas usia 4-18 tahun, yakni hanya mencapai 58,06 persen atau naik 1,68 persen dari tahun 2024. Begitu pula bagi pendidikan non formal, yakni kesetaraan usia 7-18 tahun, APN dinilai paling rendah karena hanya mencapai 24, 81 persen. Namun di kategori kesetaraan ini menunjukkan adanya kenaikan siginifikan, yakni 4,07 persen dibanding tahun 2024 yang mencapai 20,74 persen.
APS merupakan salah satu dari 15 indikator prioritas dari Rapor Pendidikan yang memberi gambaran kualitas layanan pendidikan. Indikator lainnya antara lain kemampuan literasi, kemampuan numerasi, karakter, iklim kebhinekaan, iklim keamanan, inklusifitas, kualitas pembelajaran, dan sebagainya. Capaian pendidikan ditunjukkan dengan prosentase dan penilaian baik, sedang, dan kurang.

Secara umum, Rapor Pendidikan 2025 itu menunjukkan, hampir semua sekolah luar biasa di berbagai jenjang memperoleh nilai baik, hanya SMA LB yang memperoleh nilai sedang di capaian kemampuan literasi. Sementara di sekolah umum lainnya di semua jenjang, baik di satuan pendidikan yang berada di bawah binaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah maupun yang dibawah binaan Kementerian agama, capaian hasilnya bervariasi, antara baik dan sedang. Hanya SMA kesetaraan yang dinilai kurang dalam hal kemampuan literasi.
Rapor Pendidikan secara lebih detail dan jelas bisa dilihat di sini.
Indikator dan capaian pendidikan di Rapor pendidikan itu bersumber dari asesmen nasional serta data pendidikan lainnya, seperti Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar), Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang dikelola Kemendikdasmen dan data pendidikan yang dikelola Kementerian Agama (EMIS), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan sumber relevan lainnya.
Menurut Kepala BSKAP, Toni Toharudin, data di Rapor Pendidikan Indonesia 2025 sudah diperbarui dan telah divalidasi menggunakan data pendidikan tahun 2024.
Baca juga : Nomor Rekening, Salah Satu Kendala Pencairan Tunjangan Guru
Bisa jadi rujukan
Lebih dari itu, lanjut Toni, Rapor Pendidikan Indonesia 2025 juga dapat menjadi rujukan terpercaya bagi kalangan akademisi dan peneliti, serta panduan praktis bagi sekolah dan orang tua dalam mendukung proses pembelajaran anak secara lebih tepat sasaran.
Diungkapkan Toni, Rapor Pendidikan merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Kemendikdasmen dalam mendorong partisipasi semesta demi mewujudkan pendidikan bermutu untuk seluruh rakyat Indonesia.
“Rapor Pendidikan ini dapat digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai tingkatan mulai dari lembaga pemerintahan hingga komunitas pendidikan lokal, “ujar Toni.
Menurut Toni, Rapor Pendidikan Tahun 2025 dirancang untuk dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas. Tidak hanya oleh pemerintah daerah dan satuan pendidikan seperti tahun 2024 lalu, namun juga bisa diakses oleh masyarakat umum, termasuk orang tua, badan legislatif, peneliti, organisasi masyarakat sipil, serta lembaga non-pemerintah lainnya.
“Dengan keterbukaan akses ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan dapat bersama-sama mendukung dan mengambil peran aktif dalam peningkatan mutu pendidikan secara kolaboratif, “kata Toni.