Jakarta– Sejak diluncurkan pada momen Hari Pendidikan Nasional 2025 bulan Mei lalu, Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto pada sektor pendidikan, yang salah satunya berupa Revitalisasi Satuan Pendidikan, telah melebihi target awal yang ditentukan. Di jenjang pendidikan dasar dan menengah di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, dari target awal 9.429 sekolah, dalam realisasinya mencapai 14.071 sekolah penerima manfaat. Sementara di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, semula target hanya 982 naik menjadi 2.000 sekolah.
“Dengan PHTC Revitalisasi Satuan Pendidikan kami berharap pendidikan Indonesia memiliki pondasi kuat dari segi infrastruktur, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan aman dan nyaman, sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik,” ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Gogot Suharwoto, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (9/11).
Menurut Gogot, PHTC Revitalisasi Satuan Pendidikan juga berdampak pada sektor ekonomi masyarakat lokal. “Implementasi PHTC Revitalisasi Satuan Pendidikan dilakukan melalui skema swakelola dan melibatkan partisipasi semesta. Dengan pendekatan ini, program tidak hanya mempercepat pembangunan, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi warga sekitar serta mendorong pembelian bahan bangunan dari lingkungan setempat sehingga berdampak bagi perekonomian Masyarakat setempat,” ujar Gogot.
Soal dampak ekonomi dari PHTC ini,secara rinci dikatakan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, PHTC menekankan pelibatan aktif warga lokal melalui sistem swakelola yang memperkuat gotong royong dan mempercepat pemerataan pembangunan pendidikan.
“Program revitalisasi ini bukan sekadar memperbaiki bangunan sekolah, tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar. Melalui pendekatan swakelola, masyarakat ikut membangun dan merasakan langsung manfaat ekonominya,” ujar Wamen Fajar saat membuka kegiatanBimbingan Teknis Pendampingan Percepatan Pelaksanaan Bantuan Pemerintah Program Revitalisasi SMA Tahun 2025 Tahap XIII, dan Tahap XIV di Tangerang dan Cibinong, Senin, (10/11).
Diungkapkannya, melalui pendekatan padat karya, kegiatan pembangunan sekolah telah menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah besar.
“Berdasarkan temuan di lapangan, program ini telah memberdayakan masyarakat dan membuka lapangan kerja bagi sekitar 300 hingga 350 ribu tenaga di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Selain memperkuat ekonomi lokal, Fajar menekankan, revitalisasi juga bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan berkualitas. Ia menambahkan bahwa revitalisasi sekolah tidak hanya membangun tembok, tetapi juga membangun harapan dan masa depan. “Sekolah harus menjadi ruang tumbuh yang sehat, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual,” tegasnya.

Survei terkait PHTC
Komitmen dan dukungan Kemendikdasmen dalam perwujudan PHTC Revitalisasi Satuan Pendidikan mendapat respon baik dalam sejumlah survey. Hasil survey dari Indo Strategi, menunjukkan bahwa Kemendikdasmen berada di peringkat pertama kementerian terbaik dengan raihan 3,35 poin. Sementara temuan dari Arus Survey Indonesia (ASI), 78,4% masyarakat menilai baik terkait PHTC Revitalisasi Sekolah dari Kemendikdasmen. Secara detail, 29,3% masyarakat menilai program tersebut berdampak pada lingkungan belajar yang lebih baik.
Sedangkan hasil Riset dari P3M Universitas Indonesia menunjukkan bahwa tingkat persepsi publik terhadap program unggulan Kemendikdasmen sangat positif, yakni dengan penilaian implementasi program berkisar antara 96,0% hingga 98,7% telah berjalan dengan baik dan sangat baik. Sebanyak 22,2% masyarakat menilai PHTC Revitalisasi Sekolah berdampak pada ruang belajar yang aman dan nyaman. 19,8% masyarakat menilai PHTC Revitalisasi Sekolah berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Terakhir, 9,8% masyarakat menilai PHTC Revitalisasi Sekolah berdampak pada akses pendidikan yang lebih luas.
Selain itu persepsi publik yang terpotret lewat media sosial terhadap program rehabilitasi sekolah menunjukkan kecenderungan positif, Hasil analisis Drone Emprit melalui riset media sosial tentang sentimen, emosi, dan framing media sosial, juga menunjukkan tingginya perhatian publik terhadap program rehabilitasi sekolah memperoleh respon sangat positif mencapai 95%, hal ini didorong oleh capaian yang melampaui target, penerapan skema swakelola yang meningkatkan akuntabilitas, serta kontribusinya dalam membuka lapangan kerja.