Cape Town, Afrika Selatan–Pendidikan adalah sarana paling efektif untuk membangun peradaban yang berlanjutan dengan bertumpu pada kemampuan etika, moral, dan karakter. Lebih dalam lagi, pendidikan bermutu, inklusif, dan berlandaskan nilai karakter merupakan fondasi utama dalam membangun peradaban yang damai, berkelanjutan, dan berkeadaban.
“Tidak ada seorang pun, terutama anak-anak, yang boleh tertinggal dari pendidikan hanya karena faktor ekonomi, geografis, kondisi fisik, gender, etnis, ras, atau agama,” tegasnya.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dalam pidato kuncinya pada G20 Interfaith Forum di Cape Town, Afrika Selatan, Selasa (11/8).
Dalam hal membangun karakter, lanjut Abdul Mu’ti, literasi lintas budaya dan agama menjadi sangat dalam melahirkan pluralisme positif, toleransi, dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Masih terkait membangun karakter, tambah Abdul Mu’ti, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menjalankan dua program utama, pertama, Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang meliputi pembiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, giat belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur cepat dan kedua, penguatan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
“Setiap guru menjadi “orang tua kedua” bagi siswa, membimbing potensi mereka untuk tumbuh menjadi generasi unggul,” ungkapnya.
Mendikdasmen juga mengungkapkan tentang pendekatan Pembelajaran Mendalam yang akan diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia. “Pembelajaran Mendalam hadir untuk mengajak anak tidak hanya sekadar mengetahui namun juga memahami pelajaran secara lebih mendalam dan holistik dan mengedepankan tiga aspek, yakni joyful, meaningful, dan mindful,” jelasnya.
Abdul Mu’ti mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi menghadapi tantangan global. Ia menegaskan, perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten, didukung oleh sekolah, keluarga, komunitas, dan media.
Baca juga : Kemendikdasmen Siapkan Peta Jalan Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh
“Melalui persatuan lintas budaya dan lintas iman, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya berilmu, tetapi juga bijaksana dalam kehidupan sosial. Pendidikan yang inklusif adalah kunci membangun bangsa yang tangguh dan berkarakter,” tutupnya.

Relevan dengan kebutuhan masa kini
Direktur Leimena Institute yang hadir dalam acara itu, Matius Ho, menilai, inisiatif Menteri Abdul Mu’ti memiliki relevansi besar dengan kebutuhan pendidikan masa kini.
“Inisiatif Menteri Mu’ti yang mempromosikan pengembangan karakter murid di Indonesia tidak hanya di tingkat kognitif, tetapi juga melalui kegiatan kokurikuler sangat penting karena dapat melatih siswa terlibat dalam komunitas dan membangun tanggung jawab kewargaan. Ini adalah langkah konkret yang patut dibagikan dan diperluas,” tegasnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Arigatou International Geneva, Kolombia, Maria Lucia Uribe Torres, menegaskan pentingnya pendidikan yang holistik. “Selama ini fokus pendidikan terlalu berat pada aspek kognitif, seperti literasi dan numerasi, sementara aspek sosial, emosional, dan spiritual anak sering terabaikan. Pendidikan juga harus mendukung penghormatan terhadap keberagaman budaya, bahasa, nilai, dan agama,” jelasnya.
G20 Interfaith Forum (IF20) berlangsung pada 10-14 Agustus di Cape Town, Afrika Selatan dan mengangkat tema “Ubuntu in Action: Focus on Vulnerable Communities.” Sejak berdiri pada 2014, IF20 menjadi wadah jejaring interfaith yang mempertemukan pemimpin agama, masyarakat, akademisi, dan organisasi. Forum ini bertujuan mempromosikan dialog antar-agama dan kerja sama internasional untuk merumuskan rekomendasi kebijakan di tingkat G20.