Jakarta- Sidang Umum UNESCO ke-43 yang berlangsung di Kota Samarkand, Uzbekistan, pada Selasa (4/11) 2025 kemarin,menorehkan sejarah baru dan mengharukan bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya, Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa resmi dalam Sidang Umum Unesco, bersama dengan sembilan bahasa lainnya, yakni Bahasa Arab, Mandarin, Inggris, Prancis, Hindi,
Italia, Portugis, Rusia,dan Spanyol.
Dalam forum internasional seperti UNESCO, penggunaan bahasa resmi tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi dan kerja sama antarnegara, tetapi juga sebagai simbol penghormatan terhadap identitas setiap bangsa.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam forum tertinggi UNESCO ini merupakan implementasi resmi keputusan Sidang Umum UNESCO ke-42 pada 20 November 2023 di Paris, yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja Sidang Umum UNESCO. Bahasa Indonesia kini digunakan dalam dokumen resmi UNESCO, pidato Sidang Umum, serta diterjemahkan dalam catatan sidang, konstitusi, dan arsip resmi UNESCO. Selain itu, Bahasa Indonesia diabadikan di dinding batu “Tolerance Square” di Markas Besar UNESCO di Paris bersama sembilan bahasa dunia lainnya.
Pada Sidang UNESCO ke-43 kemarin, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, yang menjadi perwakilan Indonesia, menyampaikan pernyataan nasionalnya di depan forum dengan sebuah pantun.
“Bunga selasih mekar di taman, petik setangkai buat ramuan. Terima kasih saya ucapkan, atas kesempatan menyampaikan pernyataan,” ujar Mendikdasmen.
Abdul Mu’ti menyampaikan apresiasi atas dukungan dari UNESCO dan semua negara anggota yang telah mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja ke-10 pada Sidang Umum UNESCO pada 20 November 2023.
Abdul Mu’ti mengatakan, bahasa Indonesia telah lama berfungsi sebagai jembatan kesatuan di seluruh Kepulauan Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, 700 bahasa lokal, dan 1.300 etnik. Pada hari ini, ucap Menteri Mu’ti, bahasa Indonesia kembali mengukuhkan eksistensinya di dunia internasional sebagai jembatan pengetahuan antara negara.
Di akhir pidatonya, Menteri Mu’ti kembali menutupnya dengan sebuah pantun. “Dari Jakarta ke Samarkand, kota bersejarah nan menawan. Jika manusia bergandeng tangan, dunia indah penuh kedamaian,” tandasnya.
Pantun, sebagai tradisi lisan Indonesia dan Malaysia, telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak tahun 2020.

Indonesia Menjawab Tantangan Global
Pada Sidang Umum UNESCO tersebut, Abdul Mu’ti menegaskan kembali peran UNESCO sebagai penuntun moral, sumber pengetahuan global, dan kompas etika peradaban dunia. Sementara Indonesia juga telah memberikan contoh baik di Asia Tenggara dengan melaksanakan pertemuan tentang Pendidikan untuk Perdamaian di Jakarta, bekerja sama dengan ASEAN, UNESCO Regional and Representative Office di Jakarta, dan UNESCO Apceiu Korea.
Abdul Mu’ti juga menegaskan sikap Indonesia dalam konflik Gaza. Ditegaskan Abdul Mu’ti, Indonesia menyuarakan perlindungan tanpa syarat atas hak-hak manusia di Gaza, tempat pelajar, guru, jurnalis, fasilitas pendidikan, dan warisan budaya menghadapi ancaman kehancuran total. Abdul Mu’ti mengatakan, Indonesia menyerukan pemulihan penuh fasilitas pendidikan dan kebudayaan sebagai pertaruhan martabat kemanusiaan.
Komitmen Indonesia terhadap Pendidikan Berkualitas
Abdul Mu’ti menegaskan, solusi atas tantangan global tidak bergantung pada kekuasaan atau ekonomi, tetapi pada manusia yang tercerahkan melalui pendidikan, sains, kebudayaan, serta komunikasi dan informasi.
Di hadapan forum tersebut, Abdul Mu’ti menyampaikan beberapa capaian dan kebijakan strategis Indonesia, antara lain Angka Partisipasi Sekolah usia 7–12 tahun mencapai 99,19% dan usia 13–15 tahun mencapai 96,17%, serta peluncuran kebijakan “Pendidikan Bermutu untuk Semua”.
Adapun fokus kebijakan pendidikan nasional meliputi 1) pembelajaran mendalam dan menyenangkan, 2) integrasi kecerdasan buatan, coding, dan pendidikan karakter; 3) kesejahteraan guru; 4) pemenuhan gizi anak sekolah; 5) Sekolah Rakyat bagi masyarakat miskin; serta 6) digitalisasi pembelajaran dan Rumah Pendidikan untuk daerah terpencil
Selain itu, Indonesia juga aktif dalam program Man and the Biosphere (MAB). Pada tahun 2024, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara the 15th Meeting of the Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) di Wakatobi, Global Geopark, dan World Heritage Sites. Indonesia juga menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 pada 2024, menegaskan pentingnya tata kelola air dunia. Mendorong penerapan Open Science dan etika kecerdasan artifisial di UNESCO.
Peran Indonesia dalam Dewan Eksekutif UNESCO
Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan Eksekutif UNESCO periode 2023–2027, memperoleh 154 dari 181 suara (85%). Ini merupakan keanggotaan kesembilan sejak 1954, memperkuat kontribusi Indonesia dalam 1) merumuskan kebijakan global; 2) mendorong pendidikan inklusif; 3) melestarikan warisan budaya dunia; 4) mendukung riset dan inovasi; dan 5) memperjuangkan kepentingan negara berkembang.