Jakarta-Kepala sekolah harus mempunyai visi dalam merancang berbagai program pembelajaran dan mengendalikan arah serta jalannya pendidikan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Karena itu, kepala sekolah harus menjadi pendengar yang baik, mampu menerima masukan dengan terbuka, serta menjadi pembicara yang efektif dalam menyampaikan ide dan arahan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyebut,
sebagai pemimpin di satuan pendidikannya, kepala sekolah harus menjadi pemimpin yang agile, artinya pemimpin yang adaptif dan responsif terhadap perubahan.
“Pemimpin yang agile itu pemimpin yang tidak mudah goyah oleh guncangan. Dia bisa bertahan dan bisa adaptif. Agile itu kira-kira kalau ditiup ke kiri dia goyah ke kiri, ditiup ke kanan dia goyah ke kanan, tetapi tetap punya visi, dia tidak tumbang, karena pemimpin itu memang harus siap berubah.”
Hal itu dikatakan Abdul Mu’ti pada penutupan kegiatan Pelatihan Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS) Angkatan 2 Tahun 2025 di Kantor BBGTK Provinsi jawa Barat pada Senin (22/9). Pelatihan BCKS itu diikuti oleh sebanyak 431 peserta yang merupakan bakal calon kepala sekolah dari berbagai jenjang dan wilayah di Provinsi Jawa Barat.
Sebagai pemimpin yang agile, lanjut Abdul Mu’ti, kepala sekolah harus berani mengambil risiko dan tidak boleh menjadi pemimpin yang biasa-biasa saja. Selain itu, walaupun memiliki tanggung jawab yang besar, namun tetap harus meninggalkan kesan yang indah dan berkesan selama masa jabatannya.
Abdul Mu’ti juga meminta Kepala Sekolah harus selalu memiliki komitmen sebagai pemimpin yang melayani atau yang dikenal dengan konsep servant leadership. Kepemimpinan seperti ini menuntut sikap untuk menjadikan profesi sebagai sarana memberi manfaat bagi orang lain, dengan orientasi melayani dan memberi.
“Kepala sekolah senantiasa memiliki komitmen sebagai pemimpin yang melayani, memberi manfaat bagi orang lain, “katanya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK), Iwan Junaedi, menyampaikan, berdasarkan data terakhir pada 7 Mei 2025 hingga 21 September 2025, progres pemenuhan kebutuhan Kepala Sekolah Nasional, baik negeri maupun swasta, telah menurun sebanyak 51,55%.
Program BCKS, salah satunya, bertujuan mengisi kekosongan kepala sekolah di berbagai satuan pendidikan dengan menyiapkan calon-calon pemimpin yang siap dan kompeten. Pelatihan ini bertujuan untuk menyiapkan pemimpin sekolah masa depan.
Peserta Pelatihan BKCS dari SMP 1 Tasikmalaya, Siska Nurhadi, menyampaikan, pelatihan BCKS memberikan bekal kepribadian, sosial, dan profesional yang dibutuhkan untuk memimpin sekolah secara efektif.
“Pelatihan ini menerapkan pola yang baru bagi kami, yang dirancang secara kompetensi dan membekali kami dengan kompetensi kepribadian, sosial, profesional yang dibutuhkan untuk kami memimpin sekolah secara efektif,” jelas Siska.
Menurut Siska, program pelatihan BCKS sangat membantunya dalam mengembangkan kemampuan kepemimpinan, seperti menyusun visi sekolah, perencanaan berbasis data, pengelolaan sumber daya, hingga supervisi akademik.