Jakarta– Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mulai mendistribusikan perangkat Interactive Flat Panel (IFP) atau Papan Interaktif Pintar (smartboard) ke satuan-satuan pendidikan di semua jenjang pendidikan. Sebanyak 288 ribu lebih satuan pendidikan di seluruh Indonesia akan memperoleh smartboard tersebut, dan dari sejumlah itu, sebanyak 271 ribu lebih satuan pendidikan telah siap menerima smartboard dan sudah dilakukan verifikasi dan validasi oleh dinas pendidikan. Sampai awal September, untuk pengiriman tahap 1, sebanyak 13 ribu lebih smartboard telah didistribusikan ke satuan pendidikan di propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Pengiriman selanjutnya dilakukan secara bertahap sampai Desember 2025.
Untuk memastikan pengiriman smartboard ini tepat sasaran dan tepat guna, pemerintah menggunakan tiga lapis verifikasi agar perangkat benar-benar sampai ke sekolah yang tepat: Data Pokok Pendidikan (Dapodik), validasi dari dinas, serta pernyataan kesediaan dari sekolah penerima.
Perangkat smartboard tersebut merupakan bagian dari digitalisasi pendidikan yang jadi komitmen Presiden Prabowo Subianto pada Hari Guru Nasional 2024 serta Hari Pendidikan Nasional 2025 lalu. Presiden menargetkan setiap sekolah memperoleh perangkat smartboard untuk menunjang proses belajar. Komitmen Presiden tersebut selanjutnya dituangkan melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 yang menekankan revitalisasi satuan pendidikan, pembangunan sekolah unggul, dan digitalisasi pembelajaran.
Menurut Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Gogot Suharwoto, melalui Digitalisasi Pembelajaran, pembelajaran lebih dinamis, interaktif, sekaligus merata untuk semua anak di berbagai pelosok negeri. Digitalisasi pendidikan merupakan respons atas berbagai tantangan pendidikan, mulai dari rendahnya capaian literasi hingga learning loss akibat pandemi.
“Digitalisasi pembelajaran menjadi upaya percepatan agar anak-anak Indonesia bisa mengejar ketertinggalan sekaligus terbiasa dengan keterampilan abad 21,” jelas Gogot dalam SINIAR eps 12: Digitalisasi Pembelajaran pada kanal YouTube Kemdikdasmen.

Melalui perangkat smartboard, guru dan murid dapat berkolaborasi langsung melalui layar sentuh. Kontennya bisa berupa teks, video, audio, gamifikasi, bahkan augmented reality yang menghadirkan konten-konten digital di dunia nyata.
“Anak-anak dapat memutar model, memperbesar, memperkecil, dan menjawab soal interaktif di layar. Semua ini membuat pembelajaran lebih mudah dipahami sekaligus menyenangkan,” jelas Gogot.
Ditegaskan Gogot, dalam program digitalisasi pembelajaran ini tidak hanya berupa perangkat, tetapi juga konten pembelajaran interaktif serta bimbingan teknis bagi guru agar mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
“Ini satu paket. Tidak cukup hanya alat tanpa konten, atau konten tanpa pendampingan, tapi semua terintegrasi,” tambah Gogot.
Data dari Direktorat Jenderal PAUD Dikdasmen, konten-konten pembelajaran digital sudah tersedia di paltform Rumah Pendidikan sebanyak 2400 lebih konten dimana sebanyak 406 konten merupakan materi baru dan ditargetkan ada sebanyak 500 materi baru sampai akhir tahun 2025 ini. Diirektorat Jenderal PAUD Dikdasmen sedang menjajaki kerjasama dengan mitra dari dunia usaha dan industri untuk penyediaan konten.
Gogot memastikan program digitalisasi pendidikan ini menjangkau seluruh wilayah, termasuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
“Kami bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan panel surya bagi sekolah yang belum punya listrik. Untuk sekolah tanpa internet, kami berikan perangkat tambahan agar tetap terhubung. Bahkan konten interaktif bisa diakses tanpa internet melalui penyimpanan eksternal yang disiapkan khusus,” jelas Gogot.
Selain itu, lanjutnya, sistem pelatihan guru juga dibuat berlapis mulai dari pelatihan langsung, webinar, pengimbasan antarguru, hingga modul belajar mandiri di platform digital kementerian. Dengan cara ini, guru didorong untuk cepat beradaptasi dan saling berbagi praktik baik melalui komunitas belajar di sekolah masing-masing.

Suasana kelas jadi lebih hidup
Salah satu sekolah yang sudah menerima dan menerapkan pembelajaran dengan smartboard adalah SMPN 86 Jakarta. Haryanto, guru Informatika di SMP Negeri 86 Jakarta mengatakan, dengan menggunakan smartboard, suasana kelas menjadi jauh lebih hidup.
“Anak-anak jadi lebih antusias karena format belajarnya variatif. Mereka yang tadinya malu untuk maju, sekarang berani karena merasa bermain sekaligus belajar. Misalnya ada soal interaktif yang harus digeser jawabannya di papan, mereka berebut ingin mencoba,” ungkapnya.
Haryanto juga sudah menggunakan platform Ruang Murid yang berisi materi pembelajaran lengkap dengan video, buku digital, laboratorium maya, hingga gim edukasi.
“Ketika membahas topik perundungan (bullying), saya bisa langsung menampilkan video dari platform, menambahkan gambar dari internet, lalu anak-anak diminta menjelaskan di papan. Mereka excited sekali, seolah-olah jadi tutor sebaya,” ceritanya.
Menurutnya, kehadiran teknologi justru memperkuat peran guru sebagai desainer pembelajaran. “Alat ini ibarat ‘jembatan’. Guru tetap kunci, tapi kini punya banyak cara untuk membuat kelas lebih menarik, mendalam, dan menyenangkan,” tambahnya.
Haryanto menilai kehadiran smartboard memberi dampak positif. Salah satunya, murid senang dan merasa belajar jadi lebih seru.
“Kami, sebagai guru pun terbantu karena Papan Interaktif Pintar bisa menggantikan banyak perangkat lain, lebih praktis tanpa kabel dan laptop tambahan,” katanya.